Dalam sebuah konten dari “Empetalk” yang terbaru, Jonathan Liandi, yang sebelumnya adalah punggawa dari tim EVOS tersebut mendatangkan RRQ XINNN sebagai tamu. Pemain yang berasal dari Manado tersebut, belum lama ini tampil di ajang M3 dan bercerita tentang banyak hal. Di mana mulai dari sebuah pengalaman perjalanan di ajang laga M World Series. Hingga ketiganya sampai menjabarkan juga mengenai perbedaan dalam bermain di rank, scrim dan juga turney.
XINNN menceritakan jika dirinya sedang tampil dengan performa yang kurang baik saat scrim. Walhasil, posisinya pun harus digantikan oleh Skylar pada saat melawan tim Filipina, Blacklist International. Ia rasa menyesal karena tidak bisa memberi performa yang maksimal saat scrim tersebut. Bahkan saat di ajang MPL Season 5, XINNN juga mengatakan tentang win rate scrim-nya yang cuma kisaran 30-40%. Ia pun sudah memberikan penjelasan dari perbedaan antara bermain di sesi rank, scrim dan saat turney.
” Scrim itu pasti beda banget sih, hawanya aja sudah jauh berbeda. Lu yang biasanya di scrim pada main sambil haha-hihi, jago, dan lepas mainnya. Pas saat turney lu pingin coba melakukan kaya gini, lu akan rasa ragu, dan lu pun mau ngapain aja jadi penuh keraguan waktu turney. Itu aja bedanya. Makanya kalo anak-anak di sesi nge-rank kelihatan jago kan, coba deh liat pas main di MPL atau pas lagi masuk turny dunia gitu. Gue cuma mau bilang itu susah banget!” ujar XINNN dengan nada tegas.
Ia berikan contoh lagi tentang pengalamannya, saat masih berada di Star8 dan dirinya masih mampu melakukan pembantaian atas pemain yang ada di ranked match. Dan bahkan dirinya pun bisa mengalahkan para top-player. Namun, pada saat sudah masuk ke sesi turney, ada perubahan akan mindset dan saat itu skill pun tidak lagi memberikan jaminan yang pasti akan sebuah pencapaian kemenangan.
Jika jago scrim saja kamu rasa cukup, itu salah besar. Karena ketika seorang pemain mulai melangkah ke level turney. Maka dirinya akan mulai merasakan sebuah pressure yang ikut berubah drastis. XINNN memberikan sebuah contoh saat tim seperti BTR yang terbukti jago dan menang di sesi scrim. Tapi merasakan kesulitan menang saat kontra dengan RRQ Hoshi di ajang MPL. Atau katakan saja seperti tim Blacklist International, yang bisa dengan mudah mereka sikat pada sesi scrim. Nyatanya mereka masih menyimpan senjata yang baru dibuka pada saat pagelaran laga resmi.
“Sebenarnya hal ini kembali lagi pada orang itu sendiri. Ada juga lho, pemain yang pada saat di scrim dia bermain dengan santai, sambil membaca strategi dari lawan. Ada juga yang modelnya orang dengan tipe di scrim cuma pingin show-off ke lawan mainnya, dia melakukan bantai-bantai. Sebagai contoh nyata, Blacklist (International), sesi scrim sama kita aja ngga pernah menang kan. Gua scrim dengan BI ngga pernah menang tuh mereka. Hasilnya selalu 4-0 atau 4-1. Tapi pas di ajang turney, hmm…RRQ kena dibantai kan hahaha” ucap XINNN.”
Dari cerita yang disampaikan oleh XINNN, bisa menjadi sebuah gambaran dan prediksi bagi para player di public, yang memang ingin atau mempunyai niat menjadi seorang pro player. Jangan karena merasa jago di sesi rank, lantas percaya diri terlalu tinggi. Karena belum tentu yang demikian bisa jago, saat performa nge-team dan tampil di turney. Melakukan sebuah pendalaman dalam hal strategi, mental, komunikasi hingga kerja sama dalam tim sudah pasti menjadi faktor penting yang harus terus diasah. Yang paling penting lagi! Kalian harus bisa lihai dalam menguasai tekanan yang terjadi saat laga tanding.
Di antara kalian, pasti ada yang merasakan pernah bermain dengan torehan under-performed pas laga turney tapi high-performed saat nge-rank? Nah, dengan apa yang disampaikan oleh XINNN, semoga bisa bermanfaat bagi semua sahabat Berita Esports sebagai pengalaman berharga. Salam Esports Indonesia!
Berita ini disponsori oleh Clubpokeronline – Poker Online.