League of Legends salah satu gim esports yang memilki penggemar tersendiri, namun di Asia Tenggara wakil dari regional ini seakan tidak mampu menunjukkan tajinya di kancah internasional. Akhir-akhir ini Riot Games mengumumkan sebuah format kompetisi baru League of Legends untuk wilayah regional Asia Tenggara yang diberi nama League of Legends SEA Tour (LST). Ini sebuah wujud dari Riot Games untuk kembali menarik minat player gim esports ini di Asia Tenggara.
Berubahan format yang sebelumnya berbentuk liga lokal menjadi format turnamen antar negara dalam satu regional Asia Tenggara. Dalam regional ini meliputi negara Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Indonesia yang akan langsung ditemukan dalam satu turnamen besar. Dari alur kompetisi SEA Tour sendiri akan dibagi menjadi empat fase yakni, Kualifikasi ranked online, kualifikasi nasional, National Minor, SEA Tour Spring/Summer Major. Negara yang lolos dari fase terakhir akan maju ke fase global, mulai dari Mid-Season Invitation 2019 ataupun Worlds 2019.
Sebenarnya dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini untuk esports LoL regional Asia Tenggara pencapaiannya cukup meningkat, hal ini dibuktikan dengan lolosnya Gigabytes Marines (Filipona) ke MSI 2017 dan EVOS (Vietnam) ke MSI 2018. Namun meskipun lolos dari fase grub MSI, mereka harus menelan pil pahit dihancurkan tim tim dari Korea, Tiongkok, Amerika, dan Eropa yang notabennya empat regional ini diakui kekuatannya di kompetisi gim LoL.
Setelah melihat kejadian diturnamen sebelumnya, dibentuklah format baru di regional Asia Tenggara ini. Akan tetapi perubahan format seperti ini belum tentu menjamin bangkitnya LoL di kawasan Asia Tenggara. Pernyataan ini disampaikan oleh Yota dan Florian “Wofly” George, kedua sosok ini sudah tidak asing lagi dijagat esports LoL. Yota sendiri merupakan tim produksi League of Legends Garuda Series (LGS) yang diadakan oleh Garena,dan Wolfy terkenal sebagai sosok shoutcaster saat gelaran liga LoL lokal di Indonesia dan juga sosok analis cerdas yang kerap memperhatikan perkembangan LoL di tingkat lokal maupun internasional.
Menurut Yota “Playerbase League di SEA sekarang ini masih declining dan rasanya sulit dihindari. Salah satu faktornya karena trend mobile gaming di SEA yang terus meningkat” ujar Yota. SEA Tour sendiri merupakan kompetisi tanpa kasta, dan memungkinkan siapapun melawan tim manapun, tanpa mengenal kualitas dan kematangan dalam tim.
“Secara pribadi, saya lebih memilih ke sistem liga. Karena membuat pemain ataupun organisasi jadi lebih nyaman” ujar Wolfy. “Jumlah organisasi LoL sangat sedikit, penyelenggaraan turnamen sangat terbatas dan Asia Tenggara memiliki viewers sangat rendah. Ketiga hal ini yang menjadi faktor utama LoL susah berkembang di Indonesia maupun Asia Tenggara” jelas Wolfy.
Dan semoga saja kehadiran SEA Tour bisa menghidupkan kembali minat para pecinta League of Legends di Indonesia, khususnya Asia Tenggara.