Bersamaan dengan makin terkenalnya esports, ekosistem gaming juga jadi makin besar. Sayang, lingkungan esports dan gaming masih sarat dengan banyak komentar toxic yang berisi kecaman dan ejekan. Ini pasti memperlihatkan begitu beberapa gamers biasanya dan fans esports terutamanya belum juga dewasa. Jika mereka ialah fans yang dewasa, pasti ekosistem gaming dan esports di Indonesia makin lebih positif.
Bagaimana caranya dalam menciptakan ekosistem dari gaming yang sehat?
Nah, bagaimana jika kita pengin membuat lingkungan gaming yang positif? Baca triknya di sini.
1. Ketahui jika hasrat tiap orang berlainan
Salah satunya tanggapan yang tersering diketemukan di content gaming ialah tanggapan yang memperbandingkan game yang satu dengan game lainnya. Sebatas memperbandingkan tidak jadi masalah, tetapi sampai mengejek dan menjelek-jelekkan game yang bahkan juga tidak dimainkan ialah perlakuan yang kekanakan dan tentu saja toxic. Yang penting dimengerti ialah hasrat orang berlainan. Game yang menurut kalian tidak memikat bisa saja bagus sekali untuk gamers lain.
Saat game itu bahkan juga ditandingkan dalam esports, bermakna komune game itu sudah lumayan besar hingga bisa menjala pemain profesional dan tawarkan kompetisi dengan nilai hadiah yang besar. Jadi, tidak perlu memperbandingkan game sebab hasrat tiap orang berbeda.
2. Ketahui jika jadi pro player ialah pekerjaan berat
Tanggapan toxic yang lain yang kerap tampil di ekosistem gaming dan esports ialah tanggapan mengenai pribadi pro player. Kerap kali tanggapan toxic itu mengarah beberapa pro player, terutamanya team yang kalah. Bahkan juga, team juara juga tidak tertinggal ditanggapi dengan negatif oleh simpatisan team yang kalah.
Ini harus selekasnya disetop sebab tanggapan negatif itu dapat punya pengaruh pada psikis pro player. Jadi pro player itu ialah pekerjaan berat. Tidak cuma berlaga, mereka harus juga membuat content video, menegur fans melalui streaming langsung, latihan keras, dan tentu saja mencetak kemenangan. Tetapi, yang bernama persaingan tentu ada kalah dan menang. Jadi, kekalahan ialah hal yang lumrah sebab juara tiap persaingan cuman satu.
Seperti dilansir dari berita Pragmatic Play, dalam riset di International Journal of Gaming and Computer-Mediated Simulations mengenai ‘Identifying Stressors and Coping Taktikes of Elite Esports Kompetitor’ oleh Matthew J Smith dan teman-teman pada 2019, pro player esports disebutkan mempunyai tingkat depresi yang serupa dengan olahragawan konservatif. Riset mengatakan ada 51 factor penyebab depresi yang dirasakan pro player, diantaranya berkaitan permasalahan komunikasi dengan rekanan satu team sampai rasa cemas waktu tampil di muka live audiens. Itu baru satu permasalahan. Jadi, tidak boleh ditambah lagi tanggapan negatif di sosial media mereka.
Untuk capai ini, dibutuhkan peranan beberapa pro player untuk menyosialisasikan ke beberapa fansnya supaya terus berbicara baik dan tidak mengejek seseorang. Menghargakan seseorang tidak susah dan gratis!
3. Masih sportif memberikan dukungan team favorite
Paling akhir, teruslah menjaga sportivitas kalian waktu memberikan dukungan team favorite yang berlaga. Dukunglah dengan semangat positif dan tidak boleh mengejek team musuh yang tidak kalian bantu. Jadi, turunkan tanggapan yang tak perlu mengenai team musuh, terkecuali tanggapan kalian berisi riset mengenai laga yang lagi atau telah berjalan. Jadi, berikan suport dengan positif dan tidak boleh mengejek team lain, ya!