Remaja berusia di bawah 18 tahun dan anak berumur awal di China sedang dibayang-bayangi dengan problem ketagihan games. Mengakibatkan, pemerintahan China mengaplikasikan aturan larangan bermain games dan cuman bisa dilaksanakan di akhir minggu atau optimal tiga jam masing-masing satu jam pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu.
Berkemungkinan hambat regenerasi atlit Esports dan perkembangannya, aturan China tentang bermain game perlu ditinjau ulang
Aturan larangan China ini diperhitungkan dapat berpengaruh pada pergantian pemain esports yang umumnya memang aktif latihan semenjak kecil. China sendiri terhitung sebagai negara dengan tingkat kualitas pemain esports yang bagus. Dimulai dari DOTA 2, PUBG PC dan Mobile, Tempat of Valor, dan sebagian besar gelar-titel games esports sukses mereka supremasi.
Ketentuan ini membuat team esports jangan membangun anak-anak di bawah usia untuk jadi pemain esports professional. Tragisnya, Cina dipilih sebagai tuan-rumah dari Asian Game 2022 dan esports dengan cara resmi akan merebutkan medali di gelaran itu.
Berdasar statistik, rerata usia pemain di timnas esports Cina berusia 20 tahun. Sayang, periode pensiun pemain esports di situ terjadi di bentang usia 20 tahunan. Maknanya, menurut larangan pemerintahan Cina yang batasi usia 18 tahun sebagai batasan bermain games secara bebas, beberapa remaja ini hanya punyai waktu 2 tahun untuk memburu karier jadi olahragawan hebat.
“Di bawah ketentuan ini, kurang lebih peluang latih angkatan esports yang bersaing akan lenyap. Secara individu, saya tidak dapat memikirkan imbas ketentuan ini untuk beberapa pemilik team di Cina.” sebut Warren Lee, salah satunya direktur tehnis di perusahaan esports, Hexing Global.
Menurut sahabat esports, tepatkah larangan bermain games ini untuk menangani ketagihan gamer di bawah usia?
Berita ini disponsori oleh Clubpokeronline – Bandar Toto Macau.