Esports Indonesia Butuh Regulasi

Esports

Esports dapat disebut masih jadi industri yang baru memulai berkembang, terutamanya di Indonesia. Dia mengaku esports selaku salah satunya cabang olahraga prestasi oleh pemerintahan, sekurang-kurangnya membuat esports sekarang dianggap selaku olahraga sah di Tanah Air.

Walau demikian, pekerjaan rumah untuk memajukan esports Indonesia masih panjang. Peraturan spesial, misalkan, penting untuk diatur supaya beberapa aktor dalam industri ini bisa bersaing dengan aman dan sportif.

Pentingnya regulasi bagi Esports Indonesia

Kenapa peraturan dalam esports jadi hal yang penting? Baca paparannya seperti digabungkan Team Informasi Esports di sini:

1. Menahan manipulasi

Dalam persaingan apa saja, resiko pemain lakukan manipulasi tentu ada. Tidak cuman dalam olahraga konservatif, olahraga elektronik atau esports juga masih dibayangi resiko pemain melakukan tindakan nakal. Karenanya, ketentuan yang ketat perlu dibikin supaya tidak ada pemain yang mencoret sportivitas laga.

Di Indonesia kemungkinan tidak ada masalah mengenai pemain yang lakukan doping. Tetapi, masalah doping ini cukup jadi perhatian di Eropa dan Amerika Serikat, sama seperti yang pernah dianggap oleh pemain CS:GO, Kory ‘Semphis’ Friesen dari Cloud9. Pemakaian doping dikerjakan supaya badan berasa tambah energi serta lebih konsentrasi dalam laga. Walau demikian, ini masuk ke tindak manipulasi, seperti yang berjalan di olahraga tradisionil.

Disamping itu, masalah match fixing cukup jadi perhatian dalam beberapa game, seperti DotA 2 dan CS:GO. Match fixing ini bermakna pemain atau team dengan menyengaja mengendalikan hasil akhir laga, misalkan menyengaja mengalah. Umumnya, ini dikerjakan sebab ada taruhan berkaitan score mereka. Janganlah sampai hal sama berlangsung di jagat esports Indonesia, ya. Karenanya, peraturan yang mengendalikan ini penting dibikin agar tidak ada manipulasi seperti pada atas.

2. Mengendalikan standard umur pemain

Rerata umur pro player esports dapat disebut masih muda. Beberapa pemain yang mengawali profesi dari umur di bawah 15 tahun dengan umur optimal bertahan sampai 20-an. Karenanya, memerlukan peraturan yang mengendalikan standard umur pemain supaya hari esok pemain di industri esports lebih terjaga. RRQ Alberttt, misalkan, yang sekarang ini berumur 16 tahun.

3. Memanusiakan karier pro player

Peraturan yang mengendalikan pemain esports sesungguhnya bisa memanusiakan karier mereka. Peraturan yang ketat bisa menahan pemain yang umurnya masih belia dan tidak pahami masalah kontrak diperdaya oleh team esports yang mengontraknya. Disamping itu, sebab masih belia, seringkali mereka belum mengetahui hak apa yang seharusnya didapatkan oleh pro player esports, kecuali sudah pasti upah bulanan yang pantas dan hadiah kompetisi.

Karenanya, standard upah sampai hak apa yang harus tercantum dalam kontrak harus ditata dalam peraturan yang ketat. Kesejahteraan pro player harus juga ditanggung oleh pemerintahan lewat peraturan spesial untuk olahragawan esports ini. Disamping itu, adanya peraturan spesial berkaitan hak dan keharusan pro player ini, pekerjaan pro player makin lebih dianggap khalayak. Mengutip dari berita sbobet Indonesia, pemahaman pada olahragawan esports tidak akan cuman hanya orang yang suka main game, tetapi olahragawan seperti dalam olahraga konservatif yang lain.

4. Menjala sponsor besar

Saat industri esports sudah mempunyai peraturan yang ketat yang mengendalikan kompetisi sampai beberapa team dan olahragawan didalamnya, sponsor juga dapat menyimpan keyakinan penuh pada industri yang lagi berkembang ini. Dengan demikian, sponsor besar akan merasakan aman menginvestasikan uang mereka ke team esports. Hasilnya, industri ini akan makin besar dengan adanya banyak sponsor besar yang terjebak.

5. Membuat ekosistem yang sehat

Tentu saja, peraturan dalam esports penting juga untuk membuat ekosistem esports yang sehat. Sekarang ini, tidak bisa dipungkuri fans esports di Indonesia belum juga dewasa. Ini nampak di jumlahnya tanggapan toxic yang tampil di tiap laga. Seringkali simpatisan semasing team melemparkan tanggapan negatif sampai rasis. Untuk membetuk ekosistem yang positif, tentu saja harus diawali dengan beberapa pro player dan team esports dulu.

Di Indonesia, pada MPL Indonesia Season 6 Week 7 lalu, Doyok dari Geek Fam sempat terserang larangan bermain sebab mengacung jemari tengah saat disoroti camera. Perlakuan ini dipandang seperti perlakuan negatif yang menyentuh khalayak hingga faksi MPL Indonesia langsung menskors Doyok sepanjang dua laga. Tentu saja, ini cuman salah satunya masalah yang memperlihatkan usaha beberapa pengembang game untuk membuat ekosistem esports yang sehat.

esports indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *